JELANG KEMERDEKAAN KE-78 RI, FORUM KOMUNIKASI PEMBERANTASAN TERORISME KEPRI BERSAMA POLDA KEPRI GELAR SEMINAR KEBANGSAAN TOLAK PAHAM RADIKALISME DAN AKSI TERORISME
Untuk mengantisipasi paham radikalisme serta aksi terorisme, Forum Komunikasi Pemberantasan Terorisme Kepri bersama Polda Kepri menggelar seminar kebangsaan yang dilaksanakan oleh FKPT Kepri dengan tema “Menangkal Paham Radikalisme dan Aksi Terorisme Guna Mewujudkan Generasi Muda Berkarya dan Indonesia Maju.” Adapun pembahasan seminar kebangsaan mengangkat tentang isu-isu secara global, baik regional maupun nasional dan penyebaran berita hoax, serta paham radikalisme dan terorisme yang tidak sesuai dengan nilai nilai pancasila dan politik identitas, guna menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (sitkamtibmas) yg damai, aman dan kondusif di Ballroom E Golden Prawn 933 Kelurahan Bengkong Laut Kota Kecamatan Bengkong Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau, Selasa (15/8).
Hadir dalam kegiatan seminar tersebut Polda Kepri diwakili Dir Binmas Polda Kepri AKBP Arozatulo Telaumbanua, K.H. Luqman Rifai dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Batam, Dr. H. Muhammad Zaenuddin, S.Si., M.Sc. dari perwakilan FKPT Kepri, Rizki Kurnia Riadi merupakan Eks Napiter dari Provinsi Jawa Barat.
Didalam rangkaian acara seminar kebangsaan, Ketua MUI Kota Batam K.H. Luqman Rifai menyampaikan tentang kelompok radikal yang mendoktrin radikalisme atas nama agama, untuk merekrut seseorang masuk ke dalam kelompok Radikal. Kelompok tersebut memiliki paham radikalisme seperti mengkafirkan dan menghalalkan darah seseorang yang tidak sepaham dengan aliran mereka.
Sementara itu perwakilan dari Forum Komunikasi Pemberantasan Terorisme Kepri Dr. H. Muhammad Zaenuddin,S.Si., M.Sc menjelaskan bahwa, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) adalah forum yang dibentuk oleh BNPT di tingkat daerah sebagai mitra strategis BNPT dalam melaksanakan tugas koordinasi pencegahan terorisme di daerah. Dalam pembahasannya Dr. H. Muhammad Zaenuddin,S.Si. M. Sc. mengupas potensi berkembangnya radikalisme dan upaya pencegahannya di Indonesia. “Ada beberapa contoh kejadian aksi terorisme yang terjadi dibeberapa negara, maka mari kita kuatkan rasa cinta kita terhadap NKRI dengan cara saling menghargai antar agama yang ada di negara Indonesia”, jelasnya.
Lebih lanjut Dr. H. Muhammad Zaenuddin,S.Si. M. Sc menjelaskan, satu gejala seseorang yang sudah terpapar paham Radikalisme yaitu mulai menyalahkan seseorang cara beribadah dan bergaulnya, serta mulai menyalahkan pemerintah terkait perekonomian negara Indonesia. Selain itu, hanya memilih teman bergaul dan pekerjaan yang seagama dan sepaham. “Saya mengharapkan kepada peserta seminar kebangsaan jika ada suatu perkumpulan dan oknum yang menyebarkan atau mengajak masyakarat untuk mengikuti ajaran agama yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang baik dan benar, agar menginformasikan kepada Kepolisian agar mendapatkan tindakan pertama”, tambahnya.
Seminar kebangsaan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Polda Kepri yang dihadiri Dir Binmas Polda Kepri AKBP Arozatulo Telaumbanua. Didalam seminar kebangsaan tersebut, memberikan materi tentang bagaimana cara menangkal paham radikalisme dan aksi terorisme guna mewujudkan Generasi Muda Berkarya dan Indonesia Maju. “Tugas dan tanggung jawab saya yaitu memberikan sosialisasi kepada masyarakat, mahasiswa dan siswa/ siswi serta tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, organisasi masyarakat dan LSM”, jelas Dir Binmas Polda Kepri AKBP Arozatulo Telaumbanua.
Sementara itu didalam acara seminar kebangsaan, mengundang Rizki Kurnia Riadi Eks (bekas) Anak Narapidana Teroris (Napiter) dari Provinsi Jawa Barat. “Pengalaman saya saat keliru tentang pemahaman Al Qur'an dan Agama. Ayah saya bekerja sebagai Kepala sekolah dan ibu saya seorang penulis”, ungkap Rizki Kurnia Riadi. Para undangan yang hadir terlihat antusias mendengar ceritanya, “Saat SMP tahun 1995 ayah dan ibu saya berpisah sehingga saya merasa terluka dan mencari jati diri saya”, sambungnya.
Rizki Kurnia Riadi dengan jelas menceritakan, “tahun 2006 saya bertemu dengan aktivis agama Islam dan diperkenalkan dengan sebuah konsep untuk mendirikan negara Islam sehingga membuat saya tertarik dan terpanggil jiwa pemberontak, sehingga ikut bergabung dengan Negara Indonesia Islam (NII). Dan saya bergabung selama 5 tahun dengan cara mengkaji litelatur tentang negara yang berdasarkan syariat Islam. Dan akhirnya ditahun 2011, saya bergabung dengan kelompok ISIS karena ketertarikan saya terhadap ISIS”, tutupnya.
Anak narapidana terorisme atau napiter terpaksa menanggung stigma atas tindakan terorisme yang dilakukan orangtuanya. Stigma masyarakat terpaksa mereka tanggung atas perbuatan yang tidak dikehendakinya. Pemerintah perlu memberikan perhatian konkret untuk memutus jerat derita anak napiter bahkan paham-paham yang menjadi bibit radikalisme dan aksi terorisme. Peran serta Polri khususnya Polda Kepri serta Forum Komunikasi Pemberantasan Terorisme Kepri menjadi ujung tombak untuk menjaga NKRI dari paham radikalisme dan aksi terorisme untuk memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa.
Diakhir acara, seluruh undangan yang hadir menyatakan deklarasi atau pernyataan sikap bersama menolak radikalisme, terorisme dalam bingkai NKRI.
Berikut isi Deklarasi:
FKPT KEPRI DAN POLDA
KEPRI BERSAMA ELEMEN MASYARAKAT, PEMUDA PROVINSI KEPRI MENOLAK PAHAM
RADIKALISME DAN AKSI TERORISME, TIDAK MUDAH TERPROVOKASI ISU SARA, BERITA HOAX
UNTUK MENJAGA SITKAMTIBMAS YANG DAMAI, AMAN DAN KONDUSIF DEMI UTUHNYA PERSATUAN
DAN KESATUAN BANGSA INDONESIA.